Sabtu, 03 Desember 2011

Insan Kompetitif yang produktif


Tanggal 03 Desember 2011

Tugas : Insan Kompetitif Yang Produktif

Ø  Pengertian
Insan yang kompetitif adalah insan yang berkepribadian unggul dan gemar akan keunggulan, bersemangat juang tinggi, mandiri, pantang menyerah, pembangun dan pembina jejaring bersahabat dengan perubahan, produktif sadar mutu, berorientasi global dan pembelajaran sepanjang hayat.
Insan yang produktif adalah memberikan hasil kerja yang baik dalam jumlah yang optimal melalui pelaksanaan kerja yang efektif dan efisien.
Insan yang cerdas secara komprehensif meliputi cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas social, cerdas intelektual dan cerdas kinestis.
Cerdas Spiritual à mampu beraktualisasi diri melalui otak hati / kalbu untuk menumbuhkan dan memperkuat keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur dan berkepribadian unggul.
Cerdas Emosional à mampu beraktualisasi diri melalui interaksi social yang membina dan memupuk hubungan timbal balik, demokratis empatik dan simpatik, menjunjung tinggi hak asasi manusia, ceria dan percaya diri, menghargai kebhenekaan, dalam bermasyarakat dan bernegara serta berwawasan kebangsaan dengan kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara.
Cerdas Intelektual à mampu beraktualisasi diri melalui olah pikir untuk memperoleh kompetensi dan kemandirian dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, aktualisasi insan intelektual yang kritis kreatiof dan imajinatif.
Cerdas Kinestis à mampu beraktualisasi melalui olah raga untuk mewujudkan insan yang sehat, bugar, budaya tahan, sigap, terampil.

Ø  Konteks / Penerapan Pembelajaran
Menerapkan standar ialah mendefinisikan mutu melalui penjabaran visi, misi, tujuan sekolah pada berbagai indikator operasional dan peruntuan kriteria keberhasilan. Misalnya pada visi sekolah tercetus niat mengembangkan pendidikan yang menghasilkan lulusan yang dapat menjadi kader pemimpin bangsa di masa depan. Sekolah menetapkan salah satu ciri utama kader kepemimpinan itu dalam bentuk kompetensi menetapkan keputusan-keputusan dalam pelaksanaan diskusi, maka sekolah mengembangkan model-model pembelajaran kooperatif dan kolaboratif.
Untuk melahirkan insan cerdas dan kompetitif maka pengembangan profesionalisme pendidikan dan peningkatan kompetensi pedagogik pendidik maka salah satu isu utama yang harus ditingkatkan adalah efektifitas metoda dan strategi pembelajaran dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dan secara mikro harus ditemukan strategi pembelajaran yang efektif di kelas yang lebih memberdayakan potensi siswa. Dengan penerapan metode  pengajaran baru (inovatif) yang diyakini dapat memecahkan masalah belajar siswa. Penggunaan metode baru (inovasi) proses belajar mengajar diharapkan akan lebih efektif dan efisien.
Untuk mewujudkan Insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif perlu ditetapkan strategi dan program yang efektif antara lain dengan meningkatkan keprofesionalan  dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan standar nasional dan global. Di dalam proses pembelajaran seorang guru perlu dipakai untuk keputusan-keputusan misalnya metode apa yang harus dipakai untuk mengajar, alat-alat apakah yang diperlukan untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Pengajar yang baik dalam proses pembelajaran tidak akan menggunakan hanya satu metode tetapi penggunaan lebih dari satu metode secara bervariasi.

Ø  Cara Mengevaluasi
Upaya merekontruksi sistem evaluasi dalam mata pelajaran yang telah berlangsung, untuk mengarah pada sistem evaluasi yang ideal dalam mata pelajaran yang memperhatikan :
1.      Pencapaian ranah kognitif, psikomotor dan efektif secara proporsional sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan teori pembelajarannya.
2.      Memperhatikan pencapaian kecerdasan spiritual emosional sosial intelektual dan kisnestis sebagai murturant effect.
3.      Mempertimbangkan penggunaan paper and pencils test dan alternatif assismen secara proporsional sesuai dengan karakteristik mata pelajaran tersebut.
4.      Pola pengelolaan hasil evaluasi yang adil dengan pertimbangan peran guru dengan penilaian kelasnya.

Ø  Tindak Lanjut Sehari-hari
Untuk menghasilkan Insan Indonesia cerdas dan kompetitif secara efektif maka program-program Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal dan Informal yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat berupaya untuk memberikan pelayanan prima pendidikan agar tersedia secara merata, terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, berkualitas / bermutu dan relevan dengan kebutuhan kehidupan masyarakat dan dunia kerja, setara bagi seluruh warga negara serta berupaya memberikan kepastian bagi warga negara mengenyam pendidikan sebagai hak warga negara Indonesia.
Pendidikan belum banyak memberi kontribusi optimal dalam pembentukan karakter peserta didik. Perilaku siswa bukan hanya ditentukan oleh pendidikan yang diterima dari sekolah tetapi pendidikan di keluarga dan masyarakat sangat memegang peran yang penting. Oleh karenanya pendidikan di setiap jenjang harus diselenggarakan secara terprogram dan sistematis mengarah kepada pencapaian tujuan pendidikan nasional dengan mengintegrasikan muatan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa, untuk menghasilkan Insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif.

Sabtu, 08 Oktober 2011

Pendapat ahli Asing tentang IPS

  • Menurut A.K. Ellis (1991), bahwa alasan dibalik diajarkannya IPS sebagai mata pelajaran di sekolah karena hal-hal sebagai berikut:
1. IPS memberikan tempat bagi siswa untuk belajar dan mempraktekan demokrasi.
2. IPS dirancang untuk membantu siswa menjelaskan "dunianya".
3. IPS adalah sarana untuk pengembangan diri siswa secara positif.
4. IPS membantu siswa memperoleh pemahaman mendasar (fundamental understanding) tentang sejarah, geographi, dan ilmu-ilmu sosial lainnya.
5. IPS meningkatkan kepekaan siswa terhadap masalah-masalah sosial.
  •  Barr dan teman-temannya (Nelson, 1987; Chapin dan Messick,1996) merumuskan tiga perspektif tradisi utama dalam IPS. Ketiga tradisi utama tersebut ialah:
1. IPS diajarkan sebagai pewarisan nilai kewarganegaraan (citizenship transmission).
2. IPS diajarkan sebagai ilmu-ilmu sosial.
  • 3. IPS diajarkan sebagai reflektif inquiry (reflective inquiry). Roberta Woolover dan Kathryn P. Scoot (1987) merumuskan ada lima perspektif dalam mengajarkan IPS . Kelima perspektif tersebut tidak berdiri masing-masing, bisa saja ada yang merupakan gabungan dari perspektif yang lain. Kelima perspektif tersebut ialah:
1. IPS diajarkan sebagai pewarisan nilai kewarganegaraan (citizenship transmission).
2. IPS diajarkan sebagai Pendidikan ilmu-ilmu sosial.
3. IPS diajarkan sebagai cara berpikir reflektif (reflective inquiry).
4. IPS diajarkan sebagai pengembangan pribadi siswa.
5. IPS diajarkan sebagai proses pengambilan keputusan dan tindakan yang rasional.

  • Edgar B Wesley menyatakan bahwa social studies are the social sciences
simplified for paedagogieal purposes in school. The social studies consist
of geografy history, economic, sociology, civics and various combination
of these subjects.
  • John Jarolimek mengemukakan bahwa The social studies as a part of
elementary school curriculum draw subject-matter content from the social
science, history, sociology, political science, social psychology,
philosophy, antropology, and economic. The social studies have been
defined as “ those portion of the social science... selected for instructional
purposes”

Senin, 03 Oktober 2011

Alhamdulilah

aku buat blog ini untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar ips sd..
mkasih kpd ibu kurnia yg tlh memberikan pengalamn na utk saya...